Tidak salah jika
May Lim dan Jim Aitchison dalam Clueless
in Advertising[1]
menyebutkan bahwa advertising adalah industri yang bergerak cepat bahkan
seringkali bergerak lebih cepat daripada yang dibayangkan. Struktur iklan
tradisional yang mengedepankan departeman-departeman formal ditantang oleh biro
atau bentuk iklan baru tanpa dinding, yang bersifat independen, bebas,
langsung, kaya kreativitas bahkan kadang-kadang memperdebatkan etika. Karena
periklanan adalah sebuah industri yang aktif maka pertanyaan yang sering muncul
adalah bagaimana periklanan dapat tetap hidup dan mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman?
Ada banyak
faktor yang menyebabkan periklanan tetap eksis sebagai alat untuk menjalankan rangkaian kampanye dan
promosi hingga saat ini. Salah satunya adalah kreativitas dalam memilah media
sebagai sarana beriklan. Jay P.Granat,
Phd[2] seorang
praktisi komunikasi periklanan menegaskan bahwa sesungguhnya media berfungsi
sebagai iklan juga. Media berguna seperti psikologi sales yang secara halus
menyampaikan pesan-pesan iklan kepada setiap target sasarnya, sehingga
pesan-pesan iklan itu membuat penerimanya menjadi berpikir, berprilaku, dan
merasa menjadi bagian dari dalam media (iklan) tersebut. Media iklan adalah
bagian dari teknik mempersuasi antara iklan dengan sasarannya. Dengan demikian
jika media dikaitkan dengan iklan maka dapat diterima jika perkembangan iklan
dan jenis media sebagai sarana penempatan iklan sama-sama mempunyai kesamaan
tujuan yaitu menyampaikan pesan komunikasi dari iklan yang dimaksud.
IKLAN dan MEDIA
Kitab Etika
Pariwara Indonesia[3] mendefinisikan
Iklan sebagai pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentang sesuatu
produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang
dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sementara
media adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan periklanan kepada
konsumen atau khalayak sasaran. Definisi ini menunjukkan bahwa kaitan erat
antara iklan dengan media adalah terletak pada pesan komunikasi (iklan) yang
jelas memerlukan media (sebagai sarana penyampaian komunikasinya). Dalam konsep
periklanan klasik, media disekat dalam Above
The Line (ATL) dan Below The Line (BTL). Frank Jefkins[4]
memberikan batasan media lini atas sebagai jenis iklan yang menggunakan media,
baik itu media cetak seperti koran, majalah, maupun media elektronik seperti
televisi dan radio, media bioskop, atau media luar ruangan berbayar (poster).
Pemakaian iklan media lini atas mengharuskan adanya komisi, serta biro iklan
yang mengelolanya harus mendapatkan pengakuan dari lembaga asosiasi pemilik
media. Sementara below the line atau
media lini bawah adalah iklan-iklan yang tidak menggunakan pembayaran komisi
misalnya iklan (pengumuman) dalam pameran/eksibisi, lembaran iklan yang dikirim
ke rumah-rumah melalui pos, literatur penjualan, serta iklan peragaan di
tempat-tempat penjualan.
Pembagian iklan
berdasarkan media lini atas dan media lini bawah sering digunakan hingga saat
ini karena dianggap masih relevan walaupun pada kenyataannya tetap saja ada
bagian-bagian dari kedua media ini yang dipertanyakan secara matematis: apakah
semua iklan harus dibagi secara tegas yang mana murni media lini atas, dan yang
mana murni media lini bawah?, karena iklan sebagai produk kreatif memang masuk
akal jika melakukan terobosan dan inovasi penting sehingga batas kedua media
tersebut layak dikaji ulang dengan lebih seksama.
Hubungan iklan
dan media dapat ditelaah dari berbagai aspek. Misalnya komisi. Apakah komisi
yang terlanjur dimaknai umum sebagai bayaran atau nilai finansial yang
disepakati dalam perjanjian media harus selalu berbentuk uang?, atau dapatkah dinilai dengan hal lain namun
bernilai setara seperti sejumlah uang misalnya barter order, pengembangan
kerjasama, even, atau iklan bersama? Tentunya sepanjang memberikan keuntungan
fisik maupun non fisik, maka setiap usaha kampanye dan promosi melalui iklan
harus dapat menerima dan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan dan peluang
ini.
Hubungan iklan
dan media juga sampai di titik yang kerap mengundang multitafsir yaitu tentang
media lama dan media baru. BTL sering disebut sebagai media lama, sementara ATL
dikatakan sebagai media baru. Persoalannya adalah, apakah dengan demikian
masing-masing media tidak dapat mengembangkan pengertian yang lebih baru dan
segar lagi? Kehadiran media digital dan seabrek konten di berbagai media sosial
menyisakan pertanyaan: apakah teknologi turut mempengaruhi perkembangan iklan,
khususnya teknologi digital?
Untuk
menjawab hal ini dikenal istilah konvergensi media yaitu penggabungan atau
pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan kedalam satu
titik tujuan. Konvergensi media biasanya merujuk pada perkembangan teknologi komunikasi digital yang
dimungkinkan dengan adanya konvergensi jaringan. Sementara konvergensi jaringan
adalah ko-eksistensi efisien telepon, video dan komunikasi data dalam
satu jaringan. Penggunaan
beberapa mode komunikasi dalam
jaringan tunggal menawarkan kenyamanan dan fleksibilitas bukan tidak mungkin
dengan prasarana yang terpisah[5].
Maka
advertising digital adalah bentuk advertising yang memanfaatkan teknologi
komunikasi digital sehingga layak disebut sebagai advertising dengan
mendayagunakan maksimal faedah media baru.
Keuntungan menggunakan media baru berbentuk digital ini selain
mempercepat penyampaian pesan komunikasi juga menjadi pilihan bagi para klien
di era digital ini.
Laporan dari Wichita Business Journal [6]
.... in conjunction with this
week’s list of the Wichita area’s biggest advertising agencies, we asked the 23
firms we surveyed whether their clients
prefer digital advertising or traditional platforms, such as print or static
billboards. Of the 19 firms that answered, most said they’re seeing increased
client interest in digital advertising. Digital advertising presents
advertisers opportunities to quickly reach a target audience and update
information easily. Digital advertising can also save money, and the return on
investment is easier to track and measure.[7]
Dengan demikian dapat diteliti
bahwa advertising digital adalah bentuk baru dari perkembangan advertising yang
ada sekarang, advertising digital menggunakan media baru dengan tetap
mempertimbangkan media lama atau media tradisional sebagai partner dalam mencapai
tujuan komunikasi iklan. Wacana yang menarik adalah apakah advertising digital
merupakan advertising konvensional, atau advertising kontemporer? Apakah
advertising digital adalah advertising yang sebenarnya advertising konvensional
juga, cuma media yang digunakan memang media baru. Atau advertising digital
adalah advertising kontemporer sebagai kelanjutan dari advertising konvensional
karena ia memiliki nilai kebaruan? Jika suatu media disebut media baru maka
berapa lama ia memiliki kadaluarsa untuk disebut sebagai media baru (dengan
memperhatikan contoh media yang dulu disebut media baru namun sekarang disebut
media lama yakni TV dan Radio).
Menentukan kadaluarsa suatu media adalah bersifat relatif dan
kondisional. Artinya sepanjang target market memerlukan maka media apapun masih
dapat diterima sebagai wahana penyampaian pesan periklanan. Pengecualian
mungkin terjadi pada dunia teknologi yang berkembang sangat cepat sehingga apa
yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru hari ini, mungkin dianggap sebagai hal
yang ketinggalan zaman di lain waktu (hanya dalam beberapa periode yang tidak
terlalu lama). Maka media baru dekat hubungannya dengan digital advertising
karena sifat media baru adalah multimedia dan interaktif. Karakteristik unik
media baru adalah menggabungkan konvergensi, jaringan digital, jangkauan
global, interaktivita, many-to-many-communication,
memungkinkan penggunanya menjadi produser dan konsumen konten pada saat yang
bersamaan. hal ini yang membuat banyak pihak (orang, klien, perusahaan advertising)
beralih dari media tradisional ke media baru dengan menggunakan model
advertising digital.[8]
BENTUK atau SIKAP BARU
Di satu sisi advertising digital
menciptakan bentuk-bentuk baru advertising yang tampak jelas mengalami
pembaharuan-pembaharuan secara fisik dan kasat mata, namun di sisi lain
menyisakan pertanyaan kreatif: apakah jika sudah menggunakan media baru maka ia
pasti memperbaharui dirinya sendiri pula dari aspek kreatif, atau justru
tertinggal, atau kreativitasnya sama saja dengan iklan konvensional? Karena
melahirkan bentuk baru tidak sama dengan membuat sikap baru. Sikap baru adalah
makna kontemporer yang mengambil sikap tegas terhadap hal-hal yang
konvensional. Bukan membuang atau membuat percuma, hanya saja menciptakan
ketegasan sikap bahwa karya-karya iklan kontemporer bergerak dari ide kreatif
yang luar biasa mulai dari ide/konsep kreatif, strategi, hingga eksekusi,
termasuk dengan menyertakan faktor teknologi sehingga benar-benar bermakna dan
berbeda dibandingkan dengan iklan konvensional. Penulis menyebutnya sebagai
ISET (ide-strategi-eksekusi-teknologi) yaitu tahapan-tahapan yang harus dilalui
dalam proses beriklan guna mencapai tujuan komunikasi dari iklan yang dimaksud.
Advertising
digital dapat disebut memenuhi persyaratan sebagai bagian dari iklan
kontemporer jika ia diciptakan dengan memenuhi tahapan-tahapan kreatif yang
utuh, yang hasil akhirnya berbeda dan istimewa dibandingkan dengan advertising
konvensional, serta ditunjang media yang
digunakan adalah media baru kategori digital. Namun jika advertising digital
hanya menggunakan fasilitas media digital dengan tidak mengindahkan konsep
berkreativitas iklan yang out of the box,
maka ia tidak lebih dari iklan konvensional yang mencari dan memakai muara baru
saja, yang tinggal menunggu waktu secara relatif: sampai kapan media baru
tersebut akan disebut bukan media baru lagi (media lama). Advertising digital
harus memperjelas diri sebagai sebuah sikap baru dalam menghadapi iklan
konvensional. Meminjam istilah dalam buku Clueless in Advertising yaitu
menantang formalitas iklan konvensional dengan bentuk baru tanpa dinding
pembatas yang kaku, maka advertising
digital adalah bagian darii iklan kontemporer yang memiliki kebebasan
berekspresi lebih luas dan eksploratif.
Dengan demikian,
perkembangan advertising digital sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya
manusianya yang harus memahami benar peranan kreativitas dan teknologi sebagai
partner yang saling menunjang. Inilah sikap baru yang harus dikembangkan
terutama bagi insan-insah kreatif periklanan bahwa kemana arah advertising
digital akan bergerak maka disanalah prinsip mengedukasi target market berada
di tangan orang-orang atau tim yang tepat.
===000===
[1] Clueless
Advertising yang diterbitkan tahun 2005 sering disebut sebagai buku yang
mengupas dasar-dasar periklanan secara realistis dimana periklanan sering
disebut sebagai usaha kreatif yang harus dipandang dan diperlakukan dengan
kreativitas yang dikaji dan dievaluasi terus menerus. Penggunaan kata formal
untuk bidang advertising justru dikhawatirkan hanya akan membuat industri ini
menjadi tempelen atau bagian dari divisi promosi namun tidak memiliki ruh
kreativitas yang memadai.
[2] Dalam karyanya Persuasive Advertising for Entrepreneurs and Small Business Owners:
Iklan sebagai Alat Jitu untuk Menyampaikan Pesan Niaga yang Lebih Efektif, Jay P. Granat, PhD – seorang praktisi
advertising dan pemasaran menekankan pada sifat iklan yang persuasif, dan harus
mampu mempersuasi audiens. Iklan harus
selektif memilih dan memilah media yang akan digunakannya. Memperbincangkan
media sangat berkaitan erat dengan zaman atau teknologi saat iklan tersebut
diciptakan. Perkembangan media sangat berkaitan erat dengan kehidupan terkini
dari suatu target market.
[3] Kitab Etika Pariwara Indonesia (EPI)
adalah pedoman prilaku, tata krama dan tata cara dalam menciptakan dan
menilai iklan. Sejatinya kitab EPI
menjadi pedoman bagi seluruh insan dan organisasi periklanan dalam
mengejewantahkan iklan sesuai tujuan awal penciptaan: jujur, bertanggung jawab,
kreatif, edukatif, dan efektif. Namun
pada kenyataannya masih saja ditemukan berbagai persoalan atau kasus yang
menimpa iklan justru karena dianggap melanggar etika pariwara. Advertising digital
atau periklanan yang menggunakan media digital adalah salah satu contoh iklan
yang dikritik kurang memerhatikan aspek etika berpariwara karena penayangannya
seringkali tidak mengindahkan rasa nyaman pengguna jaringan digital seperti
media sosial.
[4] Pembagian Media dengan istilah lini atas
dan lini bawah sebenarnya bukan definisi yang bersifat statis karena dalam
perkembangan periklanan, terutama teknis untuk mencapai sasaran iklan,
seringkali digunakan pendekatan bauran dimana batas antara lini atas dan lini
bawah menjadi lebih kondisional.
[5] Pengertian konvergensi media versi
wikipedia ini lebih menekankan pada fenomena yang terjadi di dunia periklanan
bahwa aspek digital sudah menjadi trend
bahkan kenyataan dalam industri advertising.
Konvergensi media menjadi tautan media-media yang relevan digunakan untuk
keberhasilan suatu promosi.
[6] Lihat Wichita
Business Journal, edisi 2 Agustus 2015 tentang Wichita Ad Agency Responds to Increased Demand Digital Services
yang memaparkan advertising digital sebagai cara beriklan yang paling banyak
diminati klien karena lebih murah, cepat, dan sesuai dengan tingkat kebutuhan.
Dihubungkan dengan pendapat yang menyatakan bahwa advertising mengikuti
perkembangan zaman bahkan kadang melampaui apa yang dibayangkan orang
(Clueless) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ternyata teknologi turut
mempengaruhi dinamika industri advertising itu sendiri, termasuk dalam
memberikan batasan yang mana ATL BTL, media lama, dan media baru.
[7] Artikel dari Wichita Business Journal, edisi 2 Agustus
2015 ini menghimpun sejumlah pengalaman dari beberapa agensi periklanan di
Amerika yang mengakui bahwa perkembangan digital advertising berkaitan erat
dengan pemanfaat teknologi digital dan konvergensi media. Jeremy Luginbill dari
Lifeboat Creative, Hanson & Wright LLC, Greteman Group
, Tony Blake Design. Sullivan Higdon
& Sink Inc., dan Drouhard
Ad, menjelaskan bahwa digital advertising sudah menjadi penawaran sekaligus
eksekusi bagi banyak order klien dengan keunggulannya masing-masing. Dalam
terjemahan bebas, digital advertising dapat dimaksudkan sebagai bagian dari
sikap kritis dalam hubungannya dengan klien
(services says a digital component is a “critical part” of all its client
relationship. It is also seen a significant increase from its entire customer
base for digital advertising-Hanson & Wright LLC);
Digital advertising adalah
aktivitas aktif yang menggunakan sosial media (It is helping its aviation clients weave more interactivity into
their marketing, which tends to be heavy on industry publications and trade)
shows. Clients are deploying more online ads and being more active in social
networks - Greteman Group
Walau sudah ada digital
advertising tapi tetap saja fungsinya akan lebih efektif jika berharmonisasi
dengan media tradisional (Other agencies say their clients are using
more digital advertising but, in general, expect it to be part of a mix that
includes traditional media. It is an even mix, but it is just the fact that it
never has been an even mix. That’s more and more becoming the norm -Tony Blake
Design)
Pada dasarnya digital advertising
adalah pilihan klien dan menjadi cakupan marketing strategi ( Its clients are choosing online and social
media platforms as part of an overall marketing strategy. Some firms, though,
are predominantly digital (Sullivan Higdon & Sink Inc.)
Keunggulan teknologi semakin
membuat digital advertising sebagai pilihan berarti dan sempurna (Advances in technology are making digital advertising
more appealing. Analytics are getting stronger, and the tools that we have at
our disposal are getting more sophisticated - Drouhard)
[8] Dalam kumpulan tulisan para dosen
Komunikasi Universitas Paramadina dalam buku Integrated Marketing Communications – Komunikasi Pemasaran di Indonesia,
tulisan karya Ika Karlina Idris di hal
86 disebutkan bahwa internet memegang peranan sangat penting dalam
mendistribusikan informasi. Terlebih internet tergolong murah, mampu
menghilangkan jarak, dapat meningkatkan tingkat kecepatan berkomunikasi, meningkatkan jumlah volume informasi,
memberikan banyak peluang saluran untuk informasi lebih banyak, sangat
mendukung komunikasi interaktif, kemampuan mengontrol informasi, dan
menggabungkan segala bentuk informasi yang semula terpisah. Karakter ini
membantu internet menjadi variabel penentu keberhasilan advertising digital
sebagai advertising yang sangat bergantung pada pemanfaatan media baru dalam
menyampaikan pesan-pesan komunikasinya.
[1] Clueless
Advertising yang diterbitkan tahun 2005 sering disebut sebagai buku yang
mengupas dasar-dasar periklanan secara realistis dimana periklanan sering
disebut sebagai usaha kreatif yang harus dipandang dan diperlakukan dengan
kreativitas yang dikaji dan dievaluasi terus menerus. Penggunaan kata formal
untuk bidang advertising justru dikhawatirkan hanya akan membuat industri ini
menjadi tempelen atau bagian dari divisi promosi namun tidak memiliki ruh
kreativitas yang memadai.
[2] Dalam karyanya Persuasive Advertising for Entrepreneurs and Small Business Owners:
Iklan sebagai Alat Jitu untuk Menyampaikan Pesan Niaga yang Lebih Efektif, Jay P. Granat, PhD – seorang praktisi
advertising dan pemasaran menekankan pada sifat iklan yang persuasif, dan harus
mampu mempersuasi audiens. Iklan harus
selektif memilih dan memilah media yang akan digunakannya. Memperbincangkan
media sangat berkaitan erat dengan zaman atau teknologi saat iklan tersebut
diciptakan. Perkembangan media sangat berkaitan erat dengan kehidupan terkini
dari suatu target market.
[3] Kitab Etika Pariwara Indonesia (EPI)
adalah pedoman prilaku, tata krama dan tata cara dalam menciptakan dan
menilai iklan. Sejatinya kitab EPI
menjadi pedoman bagi seluruh insan dan organisasi periklanan dalam
mengejewantahkan iklan sesuai tujuan awal penciptaan: jujur, bertanggung jawab,
kreatif, edukatif, dan efektif. Namun
pada kenyataannya masih saja ditemukan berbagai persoalan atau kasus yang
menimpa iklan justru karena dianggap melanggar etika pariwara. Advertising digital
atau periklanan yang menggunakan media digital adalah salah satu contoh iklan
yang dikritik kurang memerhatikan aspek etika berpariwara karena penayangannya
seringkali tidak mengindahkan rasa nyaman pengguna jaringan digital seperti
media sosial.
[4] Pembagian Media dengan istilah lini atas
dan lini bawah sebenarnya bukan definisi yang bersifat statis karena dalam
perkembangan periklanan, terutama teknis untuk mencapai sasaran iklan,
seringkali digunakan pendekatan bauran dimana batas antara lini atas dan lini
bawah menjadi lebih kondisional.
[5] Pengertian konvergensi media versi
wikipedia ini lebih menekankan pada fenomena yang terjadi di dunia periklanan
bahwa aspek digital sudah menjadi trend
bahkan kenyataan dalam industri advertising.
Konvergensi media menjadi tautan media-media yang relevan digunakan untuk
keberhasilan suatu promosi.
[6] Lihat Wichita
Business Journal, edisi 2 Agustus 2015 tentang Wichita Ad Agency Responds to Increased Demand Digital Services
yang memaparkan advertising digital sebagai cara beriklan yang paling banyak
diminati klien karena lebih murah, cepat, dan sesuai dengan tingkat kebutuhan.
Dihubungkan dengan pendapat yang menyatakan bahwa advertising mengikuti
perkembangan zaman bahkan kadang melampaui apa yang dibayangkan orang
(Clueless) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ternyata teknologi turut
mempengaruhi dinamika industri advertising itu sendiri, termasuk dalam
memberikan batasan yang mana ATL BTL, media lama, dan media baru.
[7] Artikel dari Wichita Business Journal, edisi 2 Agustus
2015 ini menghimpun sejumlah pengalaman dari beberapa agensi periklanan di
Amerika yang mengakui bahwa perkembangan digital advertising berkaitan erat
dengan pemanfaat teknologi digital dan konvergensi media. Jeremy Luginbill dari
Lifeboat Creative, Hanson & Wright LLC, Greteman Group
, Tony Blake Design. Sullivan Higdon
& Sink Inc., dan Drouhard
Ad, menjelaskan bahwa digital advertising sudah menjadi penawaran sekaligus
eksekusi bagi banyak order klien dengan keunggulannya masing-masing. Dalam
terjemahan bebas, digital advertising dapat dimaksudkan sebagai bagian dari
sikap kritis dalam hubungannya dengan klien
(services says a digital component is a “critical part” of all its client
relationship. It is also seen a significant increase from its entire customer
base for digital advertising-Hanson & Wright LLC);
Digital advertising adalah
aktivitas aktif yang menggunakan sosial media (It is helping its aviation clients weave more interactivity into
their marketing, which tends to be heavy on industry publications and trade)
shows. Clients are deploying more online ads and being more active in social
networks - Greteman Group
Walau sudah ada digital
advertising tapi tetap saja fungsinya akan lebih efektif jika berharmonisasi
dengan media tradisional (Other agencies say their clients are using
more digital advertising but, in general, expect it to be part of a mix that
includes traditional media. It is an even mix, but it is just the fact that it
never has been an even mix. That’s more and more becoming the norm -Tony Blake
Design)
Pada dasarnya digital advertising
adalah pilihan klien dan menjadi cakupan marketing strategi ( Its clients are choosing online and social
media platforms as part of an overall marketing strategy. Some firms, though,
are predominantly digital (Sullivan Higdon & Sink Inc.)
Keunggulan teknologi semakin
membuat digital advertising sebagai pilihan berarti dan sempurna (Advances in technology are making digital advertising
more appealing. Analytics are getting stronger, and the tools that we have at
our disposal are getting more sophisticated - Drouhard)
[8] Dalam kumpulan tulisan para dosen
Komunikasi Universitas Paramadina dalam buku Integrated Marketing Communications – Komunikasi Pemasaran di Indonesia,
tulisan karya Ika Karlina Idris di hal
86 disebutkan bahwa internet memegang peranan sangat penting dalam
mendistribusikan informasi. Terlebih internet tergolong murah, mampu
menghilangkan jarak, dapat meningkatkan tingkat kecepatan berkomunikasi, meningkatkan jumlah volume informasi,
memberikan banyak peluang saluran untuk informasi lebih banyak, sangat
mendukung komunikasi interaktif, kemampuan mengontrol informasi, dan
menggabungkan segala bentuk informasi yang semula terpisah. Karakter ini
membantu internet menjadi variabel penentu keberhasilan advertising digital
sebagai advertising yang sangat bergantung pada pemanfaatan media baru dalam
menyampaikan pesan-pesan komunikasinya.
9 komentar:
artikel ini sangat bermanfaat. Terima kasih dan salam hangat
Keeereeeen,,, n†h♌ñkγ({})ü
Artikel ini sangat membantu pemahaman dalam Advertensi Kontemporer. Banyak hal yang tidak dipelajari didalam kelas ada disini. Sukses!
Bagi saya, artikel ini sangat penting untuk membantu saya dalam memahami materi advertensi kontenmporer. Sukses selalu pakkk! :)
Keren pak, lanjut terus yaaaa!!! :D
terima kasih pak, informasinya sangat bermanfaat :)
Artikel nya sangat bagus dan sangat membantu saya untuk memahami advertising kontemporer pak. Terima kasih dan suukse terus pak:)
menurut saya walaupun sedikit namun cukup lengkap sebagai referensi baca dan sebagai pedoman singkat jika ingin tau tentang periklanan
Posting Komentar